Selasa, 18 Januari 2011

Pesan Iwan Fals dan Zastrouw Al Khatani “Hormati Kehidupan” Menggema di Cilegon


Dua kota terakhir, masing-masing Kota Cilegon (Banten) dan Sukabumi (Jawa Barat) menjadi tempat digelarnya “ngaji bareng” Iwan Fals dan Ki Ageng Ganjur, band asal Jogjakarta, dalam rentetan acara “Perjalanan Spiritual Iwan Fals dan Ki Ageng Ganjur” pada bulan Ramadhan ke 4 kota, yang digelar pada (4/9) dan (6/9) di dua kota tersebut.

Acara yang didahului dengan penanaman pohon jambu bol di dua pondok pesantren di dua kota tersebut, masing-masing Pondok Pesantren Bani Lathief (Cilegon) dan Pondok Pesantren Alhidayah (Cibadak-Sukabumi) berjalan lancar, tertib dan hangat.

Di Cilegon (4/6), siang sekitar pukul 1, rombongan tiba di kompleks ponpes Bani Lathief, Cibeber, Cilegon. Rombongan disambut oleh pengurus ponpes, KH Iskandar Salath dan Dwi Qori, serta panitia pelaksana gelaran “Ngaji Bareng Iwan Fals dan Ki Ageng Ganjur” di kota Cilegon.

Di kesempatan ini, iwanfals.co.id tak melihat kehadiran Endy Aras, salah seorang panitia inti pada gelaran ini. Endy kabarnya sedang tak enak badan dan beristirahat di rumah, usai diguyur hujan pada pelaksanaan acara serupa di kota Tangerang beberapa hari sebelumnya.
Masukan Dari Pondok
Sekitar satu jam, Iwan Fals beserta Zastrouw dan rombongan beristirahat di kediaman KH Iskandar Salath, setelah dua jam melakukan perjalanan dari Leuwinanggung, menuju Cilegon.

Berbagai pembicaraan dari mulai pembicaraan santai, hangat hingga up-to-date, jadi bahan untuk saling menambah wawasan. Antara Zastrouw, KH Iskandar Salath dan Iwan Fals.

Namun, karena pembicaraan lebih banyak dalam konteks religius, tentu Iwan Fals paling banyak menerima masukan sekaligus informasi yang dibutuhkannya di sisi ini, disamping untuk memenuhi keinginannya yang kerap menerima pertanyaan dari para rekan Oi, juga tentu untuk memperkaya pemahaman dan batinnya tentang Islam.

Demikian pula menjadi perbincangan hangat, beberapa dalil-dalil tentang peringatan bakal banyaknya Mazhab, karakteristik beberapa mazhab besar di dunia (Mu’tadzilah, Suni dan Syi’ah) pun ikut dibahas tuntas. Di titik ini, Iwan Fals sempat menerima janji. “Mas Iwan nanti akan saya beri buku tentang mazhab, yang intinya akan menambah wawasan mas Iwan,” urai Zastrouw.

Pembicaraan juga diselingi oleh guyonan khas kyai, memaknai keragaman dalam agama Islam, kehidupan pondokan, serta kilas sejarah singkat ponpes Bani Lathief, dan kiat menilai juga memilih mazhab sesuai pertanyaan Iwan Fals. “Jika tidak sempat mendalami mazhab, mengkaji kitab-kitab tuntunan tentang mazhab, umat bisa langsung menduplikasi pemahaman para kyai atau ulama,” urai Zastrouw, menanggapi pertanyaan Iwan Fals tentang mazhab mana yang perlu dan pantas dijadikan tafsir umat.

Sementara, terkait rencana pembakaran Al Qur’an oleh seorang pendeta kristen ortodok di AS, memperingati hari 9/11, KH Iskandar hanya berseloroh singkat. Baginya masalah tersebut tak perlu terlalu dibesar-besarkan. Wajar menurutnya, jika Al Qur’an dibakar oleh umat agama lain. “Yang tidak wajar adalah jika Al Qur’an dibakar, atau ‘dicampakkan’ oleh umat muslim sendiri,” urai kyai yang doyan bercanda ini.

Perbincangan juga mengarah pada wadah para ulama di Indonesia, alias MUI. Fatwa-fatwa MUI, fatwa tentang rokok, sampai fatwa tentang arah kiblat yang sempat membuat heboh, pun ikut dibahas.

Acara dilanjutkan dengan penanaman pohon jambu bol, di ponpes Bani Lathief. Terdapat tiga liang tanam, yang masing-masing diperuntukkan bagi penanaman pohon milik Iwan Fals, perwakilan PT Djarum selaku sponsor gelaran acara ini, serta pimpinan ponpes Bani Lathief disediakan panitia.

Usai menanam, sekitar pukul 3 sore, rombongan minta diri, dan lantas mengarahkan laju kendaraan menuju ke Lapangan Jombang Wetan, sebuah lapangan yang kabarnya jarang diijinkan oleh H. TB Imam Aryadi, Sag, MM, Msi, Walikota Cilegon, untuk dijadikan tempat gelaran keramaian, apalagi menggelar konser.
Iwan dan Zastrouw Bintang Panggung
Namun, karena gelaran yang dilakukan lebih banyak muatan positifnya, Walikota yang sukses menggelar program sekolah gratis bagi SD, SMP dan SLA, yang sebentar lagi akan disusul dengan sekolah gratis bagi sekolah madrasah dan membangun puluhan rumah gratis bagi duafa ini, mengijinkan acara digelar di lapangan Jombang Wetan.

“Semoga apa yang dilakukan pak Walikota, bisa diimplementasikan oleh para bawahannya. Selamat!” kata Iwan di satu kesempatan memberi dukungan.

Tepat pukul 4 sore, gelaran “ngaji bareng Iwan Fals dan Ki Ageng Ganjur” dimulai. Diawali oleh rangkaian sambutan dari H. TB Imam Aryadi, SAg, MM, Msi. (Walikota Cilegon), KH Iskandar Salath (Pimpinan Ponpes Bani Lathief), serta salawatan bareng, meningkahi sore yang cerah.

Selanjutnya naik panggung, DR Zastrouw Al Khatani inisiator acara ini, menyampaikan siraman rohaninya yang khas dan ceplas-ceplos. “Hai anak muda, dengarkan dulu saya bicara,” urainya menenangkan penonton yang tampak tak sabar menunggu Iwan Fals naik pentas.

Setelah Zastrouw memberi pemahaman dan memasukkan nilai-nilai religius pada gubahan lagu-lagu Iwan Fals, terutama lagu yang pertama. Iwan Fals dari sisi kiri panggung tampak melangkah ke arah mikrofon, segera penonton bersorak menyaksikan kehadiran Iwan, yang tampak melangkah tenang sore itu.

Iwan membuka penampilannya sore itu, lewat tembang Ibu. Lagu yang dibawakan dengan nuansa rock yang kental itu, begitu hingar bingar, ditingkahi melodi yang melengking. Namun demikian, lagu tersebut tetap tidak kehilangan nuansa sakralnya, terutama tentang peran tak terukur seorang ibu, dalam membesarkan dan mendidik putra-putrinya, yang diibaratkan oleh Iwan sebagai sebuah perjalanan “ribuan kilo”.

“Orang tua, apalagi ibu adalah Tuhan yang ‘kelihatan’,” urai Iwan Fals dari panggung, yang diiyakan oeh Zastrouw.

Penonton yang membanjiri Lapangan Jombang Wetan, menangkap pesan lagu tersebut dan langsung mengiringinya dengan koor, dari ujung ke ujung arena konser. Dentuman sound system sore itu pun tampak luar biasa, melebihi standar yang biasanya digunakan. Di bagian depan penonton sudah pasti suara dari sound system tersebut akan memekakkan telinga, dan seperti menggetarkan bagian dada, saking kuat power yang digunakan.

Usai membawakan dendang Ibu, kini giliran dendang Nak, dinyanyikan Iwan bersama paduan musik indah dari Ki Ageng Ganjur. Bunyi alat musik gamelan di lagu ini bisa dinikmati harmoninya. Mengisi aliran instrumen lainnya. Tiada kata yang pas untuk lagu ini, selain indah.

Penonton pun masih dengan kegiatan utamanya, bergoyang dan koor, sesekali berteriak ikut dalam bagian ekspresi musik sore itu. Hebatnya, kendati tidak secara mencolok, terlihat petugas keamanan di sekitar areal konser, namun hingga lagu kedua ini penonton Cilegon tampak begitu tertib.

Selanjutnya, Iwan Fals mendendangkan lagu Tanam Siram Tanam. Yang menurut Zastrouw adalah hal luar biasa yang mesti dilakukan untuk menghormati kehidupan. Lagu dari album terbaru ‘Keseimbangan’ Iwan Fals ini.

Sesungguhnya lagu ini dibawakan 80% seperti versi aslinya. Penambahan bunyi gamelan di penghujung lagu inilah, yang membuat lagu yang mulai akrab di telinga fans Iwan Fals menjadi berbeda. Terbukti, penonton tetap koor di lagu ini.

Menggaris bawahi dibawakannya lagu ini, usainya Zastrouw tampak menyindir orang-orang yang selama ini mengganggap pesantren ”sarang teroris”. Menurutnya, kehadiran Islam adalah untuk membawa rahmat. Acara sore ini menurutnya sekaligus pertanda bahwa pesantren merupakan gudang seni dan budaya. “Hanya orang bodoh yang mangganggap pesantren sebagai sarang teroris”, urai Zastrouw berapi-api.

Lagu selanjutnya yang dibawakan oleh Iwan dan Ki Ageng Ganjur, adalah tembang Kota. Sebuah tembang dari album lawas Iwan Fals, namun kontekstualnya hingga saat ini masih tetap mengena. Sebuah perubahan yang seharusnya tidak menabrak nilai-nilai positif dari aspek kehidupan masyarakat, yang tak perlu kalah oleh pemodal maupun ajaran yang namanya modernisasi.
Penonton Bintang Pertunjukan
Selanjutnya, Iwan Fals dan Ki Ageng Ganjur tampak membawakan dua buah tembang legendaris. Masing-masing Sarjana Muda dan Bongkar, yang telah diubah aransemennya. Dua buah tembang yang memperoleh aplaus luar biasa dari penonton.

Khusus lagu Sarjana Muda dan Bongkar, cukup mewakili keinginan penonton sore itu yang sebetulnya berharap Iwan menyanyikan tembang Bento. Terbukti, wajah-wajah puas usai gelaran konser tampak terbersit, lagi-lagi semua penonton pulang ke rumah dengan tertib, usai mengikuti penutupan acara sore itu dengan salawat.
Catatan iwanfals.co.id, kualitas sound yang begitu kuat sore itu mendukung untuk memberi “gema kuat” pentingnya penghormatan untuk kehidupan yang terwujud dalam kegiatan menanam serta konser religi, yang merupakan esensi dari gelaran “ngaji bareng” tersebut.

Kehadiran Zastrouw dengan tafsiran aspek religiusitas dari lagu-lagu Iwan Fals, membuat lagu-lagu tersebut lebih mengena, sehingga lebih mengena ke penghayatan pendengar maupun yang hadir di setiap gelaran konser, terutama di Cilegon, ke pemahaman yang baru dan berbeda, namun lebih tajam “menyentil” aspek spiritual.

Kehadiran aparat keamanan yang tampak menyolok, mungkin bukan sebuah jawaban agar konser musik sekelas Iwan Fals berjalan lancar. Buktinya, meski tidak tampak kehadiran aparat keamanan di areal konser, hingga penghujung acara penonton tetap tertib dan bersemangat.

Panitia pelaksana dan pemerintah daerah juga tampak benar-benar siap dengan gelaran ini. “Suatu hari nanti, kami ingin main lagi di Cilegon”, urai Zastrouw menguatkan minat positif masyarakat Cilegon sore itu.

Usai perhelatan konser di Lapangan Jombang Wetan, rombongan lantas menuju ponpes Bani Lathief, untuk melakukan kegiatan buka puasa bersama, di kediaman KH Iskandar Salath.
Di penghujung perpisahan, rombongan sempat didoakan oleh beberapa tokoh ponpes, agar perjalanan selanjutnya program ini diberikan kemudahan dan kesuksesan dan tercapai tujuan yang diinginkan.

0 komentar:

Posting Komentar