Selasa, 18 Januari 2011

Perjalanan Spiritual Iwan Fals dan Ki Ageng Ganjur di Bekasi dan Tangerang Obati Rindu Fans

Perjalanan Spiritual Iwan Fals dan Ki Ageng Ganjur dari Yogyakarta Jilid III, di kesempatan Bulan Ramadhan tahun 2010 ini mengunjungi dua kota sebagai pembukanya. Masing-masing, Bekasi dan Tangerang, pada 31/8 dan 2/9.

Disamping menggelar konser yang bertajuk “Syiar Ramadhan - Perjalanan Spiritual Iwan Fals dan Ki Ageng Ganjur” juga dilakukan penanaman pohon di lingkungan Pondok Pesantren yang dikunjunginya.

Di kota Bekasi, penanaman sekaligus konser digelar di Pondok Pesantren An Nuur, Kali Abang Nangka, sebuah pondok pesantren yang cukup tenar di kawasan Bekasi. Sementara di kota Tangerang, penanaman pohon dilakukan di Pondok Pesantren Al Hikmah, Curug-Tangerang.

Menanam dan Mengaji di Bekasi
Di dua lokasi konser, masing-masing di Pondok Pesantren An Nuur-Bekasi dan Lapangan Pasar Curug-Tangerang, penampilan Iwan Fals termasuk yang paling ditunggu-tunggu oleh penggemarnya, terutama karena sudah cukup lama, Iwan tidak manggung di kota ini.

Pada konser di Bekasi, ribuan orang menyaksikan penampilan Iwan Fals dan Ki Ageng Ganjur. Konsep musik yang diselingi dengan tausiyah mengedepankan pemaknaan lagu-lagu Iwan Fals dari sudut religius yang cukup menarik, segar dan unik, dibawakan oleh DR Zastrouw Al Khatani.

Penampilan juga didukung oleh tausiyah budaya dari para kiai senior ponpes, di lokasi areal konser, sebelum acara penanaman dan konser religi ini digelar. Sementara Iwan Fals dan rombongan, masih tampak beristirahat dan menggelar latihan, di rumah Gus Turi, salah satu Kiai senior Pondok Pesantren An-Nuur.
Iwan Fals dan Ki Ageng Ganjur baru naik panggung ba’da Ashar. Didahului penanaman pohon jambu bol secara simbolis di lapangan ponpes An Nuur, tak jauh dari areal konser, yang keseluruhannya menyediakan empat liang tanam.

Penampilan Iwan Fals diiringi oleh Ki Ageng Ganjur, didahului oleh penampilan penyanyi Ki Ageng Ganjur, tausiyah lagu pertama oleh Zastrouw. Acara terus berlangsung, menampilkan deretan tembang Iwan Fals yang aransemennya diubah. Penggunaan alat musik gamelan plus rebana, membuat nuansa lagu yang disajikan benar-benar berubah. “Kita upayakan lagu dengan aransemen sedemikian rupa, agar lebih menyentuh nuansa kalbu,” tambah Zastrouw kepada iwanfals.co.id.

Penampilan Iwan Fals dan Ganjur sore itu, dibuka dengan tembang Ibu, yang disambut dengan koor para penonton. Demikian halnya dengan tembang Ujung Aspal, yang tampak berbeda sama sekali dan jadi bertambah nuansa religinya. Penggunaan backing vocal Ki Ageng Ganjur pada nada-nada tinggi, bikin mantap dan membuat Ujung Aspal mencapai keindahan yang berbeda.

Demikian pula dengan Tanam Siram Tanam, Bung Hatta dan Sore Tugu Pancoran. Kendati lagu ini tidak terlampau berbeda dengan versi aslinya, bukan berarti tembang ini tidak asyik untuk disimak, terutama karena tausiyah plus pemaknaan lagu yang dilihat dari sisi religi, sebelum lagu-lagu tersebut dinyanyikan, terasa ikut mengangkat bobot dari lagu-lagu tersebut.

Buktinya, para penonton kian hangat menyambut konser sore itu. Para penonton yang sebagian besar adalah para fans Iwan Fals, kalangan Oi, para santri serta para pengurus pondok pesantren, tak henti koor sepanjang perhelatan, apalagi tembang-tembang yang dinyanyikan juga tembang lawas Iwan Fals yang akrab di telinga mereka.

Tembang terakhir Iwan Fals, Wakil Rakyat, disusul shalawat bersama, menjadi pertanda usai konser sore itu. Yang menjadi catatan penting gelaran di Bekasi tersebut, penonton terbilang tertib dan damai, hingga konser selesai.

Kepada iwanfals.co.id, KH Ahmad Usturi, SE (Gus Turi), menyatakan pihaknya memang berupaya memberi banyak ruang kepada masyarakat, sekaligus memberi porsi interaksi yang besar kepada para santrinya, terutama di bidang musik.

Apa yang diupayakannya tersebut semata untuk mengejar salah satu bentuk kecerdasan lainnya, yaitu kecerdasan mental, disamping ilmu keagamaan yang diterima oleh para santrinya.

Usai gelaran konser, acara dilanjutkan dengan kegiatan buka puasa bersama. Serta jumpa pers di kediaman Gus Turi. Setelahnya, Iwan Fals, Zastrouw dan rombongan Ki Ageng Ganjur, minta diri meninggalkan Ponpes An-Nuur.

Tangerang pun “Digoyang”
Selanjutnya, pada (2/9), giliran kota Tangerang menerima kehadiran Iwan Fals dan Ki Ageng Ganjur. Bertempat di Lapangan Pasar Curug-Tangerang, Konser religi “Syiar Ramadhan Iwan Fals- Perjalanan Spiritual Iwan Fals dan Ki Ageng Ganjur” ba’da Ashar dimulai, bertempat di lapangan pasar Curug-Tangerang.

Sebelumnya, digelar kegiatan penanaman pohon jambu bol, di pondok pesantren Al Hikmah. Pada acara simbolis penanaman tersebut, empat liang tanam disediakan oleh panitia. Liang tanam tersebut disediakan untuk Iwan Fals, KH Abdul Halim (pengasuh Ponpes Al Hikmah), KH Abdul Manaf (pimpinan Yayasan), serta perwakilan PT Djarum, selaku pihak sponsor.
Kehadiran Iwan Fals di ponpes ini, sebetulnya cukup memberi kejutan, karena keluarga besar ponpes sedang dalam keadaan berduka oleh meninggalnya kerabat ponpes, yang baru saja selesai dikebumikan hari itu. Sebelum melakukan penanaman, Iwan Fals, KH Abdul Halim, KH Abdul Manaf, Camat Curug-Tangerang sempat berbincang-bincang singkat di kediaman KH Abdul Halim.

Jelang Ashar, tim menuju ke Lapangan Pasar Curug, yang berjarak sekitar dua kilometer arah barat ponpes Al Hikmah, tempat konser religi akan digelar. Suasana saat itu sudah ramai oleh para penonton yang hadir. Berbagai perkumpulan Oi Tangerang dan sekitarnya, para santri, masyarakat umum semua berbaur jadi satu.
Anggota Oi ini kebanyakan berasal justru dari luar kawasan Curug. Mereka berasal dari Bitung dan Parung Panjang, daerah tetangga Curug, dan sebagainya.

Sebelum konser dibuka, dilakukan Tausiyah Budaya yang diisi oleh kalangan Ponpes Al Hikmah, serta Istigotsah yang dipimpin oleh para Kiai senior kota Tangerang.

Penonton masih tercerai berai di seantero lapangan pasar Curug, ketika rentetan seremonial acara digelar, termasuk ketika Astuti dan salah seorang penyanyi Ki Ageng Ganjur naik pentas. Namun, ketika tembang pertama Iwan Fals, Yang Terlupakan didendangkan, segera penonton merapat memadati hampir separuh lapangan sepak bola. Sementara, ruang tersisa lainnya digunakan areal parkir, serta booth milik PT Djarum.

Demikian halnya dengan para penonton yang tampak memanjat deretan kios-kios pasar sekitar pasar Curug, para penonton yang bertengger di atas truk-truk yang datang membawa mereka, sampai para penonton yang menyaksikan penampilan Iwan Fals dan Ki Ageng Ganjur dari kejauhan tetap menampakkan antuasiasme khas masyarakat Tangerang.
Bentrokan Warnai Konser
Sebelum konser dimulai, seperti dilansir berbagai media terutama media online, iwanfals.co.id memang melihat terjadi bentrokan fisik antar penonton konser. Namun tidak seperti pengamatan media online. Pantauan iwanfals.co.id. Bentrokan hanya melibatkan sekelompok penonton yang menolak menurunkan bendera yang dibawa masing-masing, karena menutupi pandangan penonton lain.

Memang terjadi saling kejar. Namun sebagian besar penonton hanya menoleh, karena keributan terjadi di lapis paling belakang jajaran penonton konser sore itu. Meski berjumlah minim, namun iwanfals.co.id salut terhadap kinerja aparat kepolisian, yang jumlahnya tak sampai 10 orang, namun mampu meredam situasi karena dibantu pula oleh kalangan Oi.

Pantauan iwanfals.co.id sekaligus menepis laporan media, terutama media online yang sempat menyatakan “ribuan orang terlibat saling baku hantam”, fakta sebenarnya tidak demikian, terlalu dilebih-lebihkan.

Sekitar 10 menit situasi sepenuhnya bisa dikuasai, setidaknya jelang tembang kedua. Tak ada yang ditangkap pada keributan ini. Seorang penonton tampak cedera memar di bagian hidungnya. Dia tampak terduduk di tenda PT Djarum, karena dipukul menggunakan bilah bambu yang digunakan sebagai tiang bendera.

Jelang tembang kedua keributan mereda. Iwan Fals dan Ki Ageng Ganjur membawakan tembang Pesawat Tempur. Baluran suara dari musik modern ditingkahi gamelan plus rebana bikin lagu ini enak didengar. Demikian pula dengan koor para penonton yang tak henti.

Pada tembang ketiga Tanam Siram Tanam, penonton yang mulai faham dengan tembang ini tak menyisakan ruang untuk terdiam, koor dari penonton pun terdengar fasih melantunkan salah satu tembang di album Keseimbangan ini, meski pada tembang ini Ki Ageng Ganjur tampak tak banyak memodifikasi aransemen lagu ini.

Pada lagu keempat, ketika dendang Do’a Pengobral Dosa baru saja dimulai, giliran hujan mulai menyiram arena konser. Ketika dendang ini mencapai pertengahan, hujan deras pun mulai turun. Puluhan penonton pun mulai tampak menembus barikade berteduh di sekitar panggung.

Ketika lantun tembang ini usai, hujan deras malah mulai ditingkahi dengan petir dan angin kencang. Panitia tak menyiapkan tirai plastik seperti yang biasa dilakukan oleh tim Iwan Fals menghadapi situasi ekstrim, terutama menyelamatkan sound system dari terjangan hujan, dan melindungi kabel-kabel beraliran listrik dari korslet.

Segera Zastrouw menggamit Iwan Fals, tanpa sempat mengucapkan selamat tinggal kepada fansnya, mengajaknya menyudahi perhelatan sore itu. Zastrouw sempat menerima ciuman tangan para penonton fans Iwan Fals yang berhasil menembus barikade sebelum berteduh dibawah panggung.

Catatan iwanfals.co.id, faktor cuaca ekstrim yang terjadi sore itu memang tak terhindarkan dan berkontribusi utama ditutupnya gelaran konser tersebut lebih awal, menyisakan dua tembang yang tak sempat dinyanyikan, masing-masing Tikus Kantor dan Siang Seberang Istana.

Demikian pula dengan minimnya petugas keamanan dari Kepolisian yang mengawal perhelatan konser menampilkan musisi legenda hidup Indonesia, Iwan Fals. Harus diakui, di titik ini tampaknya Tangerang memang tidak siap, termasuk kurang siapnya elemen Oi Tangerang mengawal gelaran ini.

0 komentar:

Posting Komentar